Tiga Alasan Kenapa Mau Jadi Dokter

Sedari kecil ayah sudah mengarahkan saya untuk menjadi dokter. Beliau dengan yakin menyampaikan ke keluarga dan koleganya, bahwa anaknya ini kelak akan menjadi seorang dokter. Mungkin itu juga yang tertanam di alam bawah sadar sehingga hampir tidak ada cita-cita saya yang lain selain menjadi seorang dokter (dan saya bersyukur atas hal ini).

Kalau mau kaya jangan jadi dokter, jadi pengusaha Youtuber aja.

Anak zaman now, 2020

Ada 3 alasan yang ayah saya sampaikan mengapa menjadi dokter itu baik:

  1. Kesehatan adalah harta yang paling berharga. Setidaknya dengan menjadi dokter, kita bisa menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga.
  2. Menjadi dokter mestinya tidak akan hidup kekurangan dan bisa survive di segala situasi. Setidaknya ada tiga situasi yang bisa membuat hidup orang susah: perang, krisis ekonomi, dan pandemi. Dulu, menjadi dokter identik dengan menjadi kaya. Namun seiring waktu paradigma itu bergeser; kalau mau kaya jangan jadi dokter, jadi pengusaha aja.
  3. Dengan menjadi dokter, akan terbuka lebar kesempatan berbuat baik di ladang yang subur. Setiap harinya kita akan bersentuhan dengan pasien-pasien yang memang butuh pertolongan. Hubungan dokter-pasien itu unik. Tidak selalu bisa diukur dengan jasa medis belaka.

Tentu saja kita tahu 3 alasan itu tidak eksklusif untuk profesi dokter saja, setidaknya itu yang ayah sampaikan saat saya kecil. Lalu, pertanyaan berikutnya yang sering muncul adalah, “Masih ingin ga anaknya nanti menjadi dokter?” Secara pribadi iya. Tapi ya kalau anaknya mau. Masa depan adalah kertas putih yang belum digores. Mana ada yang terpikir 30 tahun yang lalu cita-cita anak sekarang mau jadi Youtuber!

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *