Roadmap Investasi Keuangan

Tanpa terasa kita sudah tiba di penghujung tahun 2021. Waktu terasa cepat berlalu bagi mereka yang selalu bergerak dan terasa lambat bagi mereka yang hanya berdiam diri. Padahal kita semua memiliki waktu yang sama, dan waktu adalah sahabat terbaik untuk investasi. Tulisan kali ini saya masih membahas tentang finansial, mencoba merangkum sedikit apa yang sudah saya tulis sebelumnya menjadi sebuah Roadmap Investasi Keuangan.

Uang harus punya tujuan. Kita tidak semata-mata menyimpan uang hanya untuk melihat angkanya terus bertambah di tabungan kan?

Mengapa roadmap ini penting? Sama halnya ketika kita mengendarai mobil, tentu saja kita memiliki tempat yang dituju. Bila tempat yang dituju adalah tempat yang belum pernah kita kunjungi, maka kita memerlukan peta untuk sampai di tujuan. Peta itu bisa saja berubah, tergantung situasi di jalanan. Namun sangat penting kita tentukan dulu tujuan keuangan dan roadmap untuk memandu kita menuju ke tujuan.

Beberapa teman sempat menanyakan, bagaimana dan di mana saya mengalokasikan investasi untuk mencapat tujuan keuangan. Nah, berikut rangkumannya.

Disclaimer. Saya bukanlah seorang penasehat finansial. Apa yang akan saya bagikan adalah murni pengalaman pribadi dan hasil dari membaca buku maupun artikel-artikel finansial.

Dana Darurat

Karena sudah berkeluarga memiliki anak, maka saya mempersiapkan 12x pengeluaran bulanan sebagai dana darurat (skenario lain lihat di postingan “Dokter Wajib Melek Finansial“). Prinsip saya, dana darurat ini angkanya tidak boleh berkurang (angkanya lho… bukan value dari uangnya) dan dapat dicairkan dalam waktu yang relatif cepat bila sewaktu-waktu diperlukan. Jadi saya pun menyimpan dana darurat ini di instrumen yang konservatif seperti:

  • Tabungan. Return memang kecil dan kalah oleh inflasi, tapi memiliki fleksibilitas dalam waktu. Menyimpan di rekening khusus penting agar tidak tercampur dengan dana yang lain. Kalau tidak mau ribet banyak punya rekening saya sarankan untuk buka rekening di Bank Jago agar bisa disimpan dalam pocket Dana Darurat.
  • Deposito. Return di atas tabungan, namun pencairan mesti tunggu jatuh tempo kalau tidak mau kena pinalti. Jadi ada baiknya klo deposito dipecah menjadi beberapa bilyet yang nominalnya sebesar 1 bulan pengeluaran.
  • Reksadana Pasar Uang (RDPU). Imbal hasil umumnya lebih tinggi dibanding deposito dengan fleksibilitas waktu pencairan yang relatif lebih baik. Baiknya sih dana darurat langsung dialokasikan sejak awal (lump sum/uang dibayarkan sekaligus dalam satu waktu), atau kalau dana belum mencukupi bisa juga di-top up tiap bulan.

Dana Pendidikan Anak

Untuk dana pendidikan anak, saya mencoba menghitung uang pangkal dan SPP/bulan dari playgroup dan TK, SD, SMP, SMA dan kuliah (total sektiar 22 tahun). Setelah menghitung dana pendidikan anak yang diperlukan, saya kemudian membaginya menjadi periode 5 tahunan dan menempatkannya di reksadana dengan mengikuti rekomendasi Robo di aplikasi Bibit.

  • Reksadana Pasar Uang ~ 10%
  • Reksadana Obligasi ~ 53%
  • Reksadana Saham ~ 37%

Mengapa reksadana saham lebih sedikit dibanding reksadana obligasi? Periode 5 tahunan masih termasuk investasi jangka menengah, maka menurut saya ada baiknya kita menempatkan porsi investasi yang lebih di instrumen yang memiliki risiko yang tidak terlalu fluktiatif seperti saham.

Dana Pensiun

Karena diperlukan masih dalam waktu yang cukup lama, maka dana pensiun bisa kita tempatkan di instrumen investasi yang memiliki return cenderung lebih tinggi dalam jangka panjang. Namun, saya juga masih menempatkan di instrumen konservatif untuk diversifikasi dan keamanan.

  • Deposito. Jika penempatan deposito untuk dana darurat ditempatkan di bank umum, maka untuk dana pensiun saya ada tempatkan di BPR agar mendapat return yang lebih tinggi dari bank umum. Memilih BPR juga jangan sembarang, perlu dilihat rekam jejak pengelolaan dan owner BPR tersebut. Jangan lupa untuk setting ke automatic rollover (ARO) agar memaksimalkan compound interest (bunga berbunga).
  • Reksadana. Sama seperti dana pendidikan anak, saya juga menempatkan dana pensiun di reksadana dengan alokasi sesuai rekomendasi Robo di aplikasi Bibit. Biar ga ribet, bisa dibuat auto debet tiap bulan sesuai tanggal ulang tahun misalnya.
    • Reksadana Pasar Uang ~ 10%
    • Reksadana Obligasi ~ 20%
    • Reksadana Saham ~ 70%
  • Saham. Untuk dana pensiun, saya ada menempatkan dana investasi di saham-saham bluechip yang sudah teruji melewati berbagai krisis di Indonesia dan rutin juga membagi dividen. Untuk securitasnya sendiri saya menggunakan Indo Premier.
  • Cryptocurrency. Nah, yang ini masih banyak pro dan kontranya. Ada yang bilang spekulatif karena tidak memiliki underlying asset. Ada yang bilang blockchain adalah teknologi masa depan. Tapi sama seperti aset finansial lainnya… aset itu jadi bernilai ketika semua sepakat bahwa aset itu memang bernilai. Saya pribadi menggunakan Indodax untuk transaksi kripto.

Menurut saya investasi itu mesti dibuat sesederhana mungkin agar kita bisa fokus pada konsistensi menabungnya. Apalagi saya termasuk tipe yang menjalankan dollar cost averaging, jadi tidak mau dipusingkan oleh naik turunnya investasi di reksadana maupun saham. Yuk mulai buat roadmap investasi keuanganmu sendiri.

Saya ingin mengajak kamu bergabung di Jago, sebuah bank digital yang membuat pengelolaan uang menjadi sederhana dan kolaboratif. Gunakan tautan referral unik saya untuk bergabung di Jago sebelum 3 Maret 2022 agar kamu bisa mendapatkan tambahan saldo sebesar IDR 25,000,-! Tautan:https://jadi.jago.com/jRIvK4

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *